Tuesday, March 4, 2014

Saya Bangga Dengan Anak-Anak Saya

Seorang perempuan lahir 3x :
Pertama : Lahir sebagai anak perempuan yang istimewa
Kedua   : Lahir sebagai seorang Istri yang menjadi pendamping bagi lelaki sholeh
Ketiga   : Lahir sebagai Ibu yang dari anak-anak yang menjadi ladang dunia akheratnya

Bersyukur saya telah mendapatkan semua peran itu, semua adalah anugrah terindah dan harta karun yang tak ternilai dengan hadirnya anak-anakku

06 April 2005       : Muhammad Rian Hidayatullah
17 Februari 2008  : Salsabila Ismah Nurrohmah

Kalian sangat membanggakan :
Disaat anak-anak lain bermanja-manja dipelukan ayah ibunya, kalian sudah dapat mengurus diri sendiri.
Disaat teman-teman kalian bermain, jajan dan sibuk mengikuti perkembangan zaman, kalian giat mengaji dan belajar prihatin.
Disaat ayah dan ibu pulang kerja kalian sudah menjaga diri dan menjaga rumah dengan baik.

Terima kasih anak-anakku, maafkan Ibu yang belum bisa memenuhi keinginan kecil kalian. Semoga Allah mendengar do'a kalian untuk Ibu. Aamiin...!

Ibu bangga dengan kalian...


Kenapa kita musti mendidik anak kita? Toh ketika kelak telah dewasa akan belajar dan hidup mandiri. Cara berpikir seperti ini kadang mendorong orangtua untuk acuh tak acuh prihal pendidikan anaknya. Sehingga, anak tumbuh liar tak mengurus masalah pendidikannya. Ada pula sebagian orangtua yang memiliki prinsip: “Asal sudah saya kasih makan, selesai urusan.” Mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab sekaligus amanah yang dibebankan dipundak orangtua. Apakah kita sudah merasa puas bila anak-anak kita tidak berbuat neko-neko (tidak aneh-aneh) di rumah? Apakah kita sudah merasa nyaman dengan perilaku kalem anak saat di rumah, padahal kita tidak tahu menahu siapa saja teman bergaulnya? Dengan siapa mereka di luar, apa bacaannya dan apa rujukannya.

Seyogyanya kita renungkan bersama sabda Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) berikut ini guna mewaspadai pergaulan anak-anak kita,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu tergantung kepada agama temannya. Maka, hendaklah salah seorang dari kamu memperhatikan, dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Pernahkah kita, para orangtua mengenal dan menyelami anak-anak kita? Dengan siapa ia bergaul dan berteman? Apakah persahabatan dan pertemanananya itu menambahnya menjadi lebih beriman atau justru semakin menjauhkannya? Jawabannya tentu para orangtua masing-masing. Tak ada kata terlambat dan mari kita peluk dan kita dekatkan anak-anak kita tauhid serta lebih mengenal Allah Subhanahu Wata’ala agar kelak ringan beban kita di yaumul hisab

Allah SWT Berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim [66] : 6


No comments:

Post a Comment