Wednesday, December 18, 2013

Pahami Soal Seks, Kesuburan, dan Kehamilan

Salah satu tujuan pernikahan adalah menyalurkan hasrat biologis dan memperoleh keturunan. Namun, kesuksesan kehamilan tak hanya terkait dengan soal aktifnya hubungan seksual. Ada faktor kesuburan dan kesehatan pasutri yang turut memiliki andil besar.

Kehadiran anak memang jadi dambaan hampir seluruh pasangan suami istri di dunia. Namun kenyataannya ada pasangan yang cepat dapat momongan, ada yang butuh waktu beberapa tahun, dan ada juga yang belum dikaruniai anak meski sudah berbelas tahun menikah.
Menurut dr Marly Susanti, SpOG, pada umumnya pasangan yang teratur berhubungan seks selama setahun 80% diantaranya akan mengalami kehamilan. Teratur di sini berarti dalam setahun itu hubungan seks pasutri cukup aktif hingga kemungkinan berlangsung di masa-masa subur istri juga tinggi.
“Sebab ada juga yang sudah menikah setahun atau lebih, tidak kunjung hamil karena pasutri tinggal lain kota hingga frekuensi berhubungan seks di masa suburnya rendah,” kata dokter yang biasa disapa sebagai dr Santi ini.

Hamil hanya di masa subur
Ya, aktif berhubungan seks saja ternyata belum menjamin terjadi kehamilan bila soal kesuburan tidak diperhitungkan. Untuk dapat hamil, kedua belah pihak suami dan istri harus sama-sama subur dan hubungan pun terjadi di masa subur istri.
Tidak seperti pria yang bisa mengeluarkan sel benih (sel spermatozoa) pada setiap kali berejakulasi, perempuan hanya mengeluarkan sel telur di masa subur yaitu masa dimana sel telur telah matang dan dilepas oleh ovarium (berovulasi). Maka, penting pula bagi pasangan untuk mengenali kapan masa subur ini terjadi bila menginginkan hubungan seksual yang menghasilkan kehamilan.
Sementara itu suami yang subur adalah suami yang memiliki sperma normal dan sehat. Untuk mengetahui kesuburan pria, satu-satunya cara hanyalah dengan memeriksa sperma dan menganalisisnya berdasarkan parameter kenormalan sperma baik dari sisi volumenya, geraknya, bentuknya, dan lain-lain.
Sementara wanita yang subur adalah wanita yang mampu memproduksi sel telur secara teratur di masa-masa suburnya. Untuk mengetahui apakah seorang wanita mampu memproduksi sel telur tentu harus melalui pemeriksaan laboratorium, namun untuk mengetahui kapan masa subur berlangsung bisa melalui beberapa cara.
Pertama, dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim yang dapat diraba dengan jari. Pada saat subur seorang perempuan akan mengeluarkan cairan bening seperti putih telur sehingga vagina terkesan basah. Sementara di luar masa subur, lendir mulut rahim hanya sedikit dan umumnya lebih kental sehingga vagina terkesan kering.  Namun cukup banyak  perempuan yang salah menduga dan menganggap keluarnya lendir ini sebagai kondisi keputihan.
Kedua, dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur selama beberapa bulan siklus menstruasi, kemudian dibuat grafik yang menghubungkan setiap angka yang menunjukkan suhu tubuh. Dengan melihat perubahan grafik suhu tubuh, dapat ditentukan ada tidaknya saat subur. Pada saat subur akan tampak penurunan suhu tubuh di bawah normal yang segera diikuti dengan kenaikan di atas normal.
Ketiga, menggunakan alat khusus berupa strip pendeteksi ovulasi yang dijual bebas. Cara kerja strip pendeteksi ini  adalah dengan mendeteksi keberadaan hormon khas di dalam urin yang terkandung pada masa menjelang ovulasi terjadi.
Keempat, dengan memeriksa lendir rahim di bawah mikroskop. Pada masa subur kondisi lendir rahim ini akan menampakkan bentuk seperti daun pakis yang sempurna.
Kelima dengan pemeriksaan USG melalui vagina, untuk melihat dengan jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur
Dan keenam, bagi wanita yang siklus haidnya sangat tidak teratur, seperti datang haid tiga bulan sekali, diperlukan beberapa tes darah yang berguna untuk menganalisa kandungan hormon yang berperan pada kesuburan seorang wanita sekaligus untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya siklus haid

Rumus masa subur
Khusus bagi mereka yang memiliki siklus haid baik dan teratur, ada rumus perhitungan masa subur yang cukup mudah. Siapa yang termasuk ‘pemilik’ siklus haid yang baik dan teratur ini? Teratur berarti berulang secara konstan sementara siklus haid yang baik menurut dokter spesialis kandungan dari Universitas Indonesiaini adalah bila berlangsung antara 21-35 hari, maksimal satu minggu, dan jumlah darahnya sekitar 80 cc per hari atau kira-kira maksimal 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari.
Bagi pemilik siklus baik dan teratur ini, rumus perhitungan masa suburnya adalah: Jarak antara hari pertama haid bulan lalu hingga hari pertama haid bulan ini dibagi dua, lantas ditambah 3 hari di depan dan 3 hari di belakang.
Contoh; Hari pertama haid Annisa di bulan maret 2008 jatuh di tanggal 17 dan berakhir pada tanggal 21. Hari pertama haid di bulan April jatuh di tanggal  14 dan berakhir pada tanggal 18. Maka jarak haid dari tanggal 17 Maret hingga 14 April ini adalah 28 hari. 
Angka ini kemudian dibagi dua hingga menjadi 14. Setelah ditambah 3 dan dikurang 3 maka masa subur Annisa di bulan Mei 2008 akan terjadi pada sekitar HARI KE 11 sampai dengan ke 17 dari hari haid terakhir (18 April) atau terjadi pada sekitar tanggal 29 April sampai dengan 3 Mei 2008.

Subur saja tidak cukup
Tetapi kesuburan pria dan wanita sendiri ditentukan oleh keadaan kesehatan sistem seksual dan reproduksi mereka secara terkait. Kalau kesehatan sistem seksual dan reproduksi baik, maka keadaan kesuburan juga baik. Sebaliknya, kalau kesehatan sistem seksual dan reproduksi terganggu, maka kesuburan sangat mungkin terganggu.
Cukup banyak ditemukan, pasutri  yang sama-sama subur (tidak mengalami masalah dalam hal produksi sperma dan sel telur) dan aktif berhubungan berhubungan seksual, tetapi sang istri tak kunjung hamil.
“Bila waktunya sampai satu tahun dan tak kunjung hamil, kita menyebutnya sebagai kasus infertilitas meski tidak lantas berarti salah satu atau kedua belah pihak mandul. Hanya ada gangguan kesuburan saja,” jelas Santi.
Gangguan kesuburan ini sendiri ungkap Marly bisa disebabkan banyak hal, namun yang jelas, penyebab gangguan kesuburan ini 40% berasal dari  pihak suami, 40% persen di pihak istri, 10% pada kedua pihak, dan 10%  lagi dari sebab-sebab yang tidak diketahui.
“Gangguan dari pihak suami mungkin disebabkan oleh jumlah sperma yang tidak cukup, bentuk yang tidak normal, gerakan sperma yang kurang dan lain-lain. Sementara dari pihak istri bisa karena gangguan ovulasi; sumbatan atau penyempitan pada tuba, kelainan bentuk rahim dan lain-lain. Sisanya kita sebut dengan unexplained infertility, kondisi suami dan istri normal tetapi belum hamil juga. Makanya disebut unexplained, tidak jelas,” urai Santi.
Dengan demikian, kalau setelah bertahun menikah istri belum hamil juga, berkunjunglah ke dokter bersama-sama, bukan untuk saling menyalahkan tentu, tetapi demi mencari solusi bersama.

Waspada Sebelum Hamil
Beberapa penyakit diketahui berpotensi mengganggu kehamilan atau bahkan membahayakan janin. Maka mewaspadai keberadaan penyakit ini sangat baik dilakukan agar kehamilan bisa terjadi dalam kondisi ibu dan anak sehat. Di antaranya adalah;
  • TBC
Bila ibu sudah diketahui positip mengidap TBC, mempersiapkan diri untuk sehat sebelum hamil adalah jalan terbaik. Kalaupun belum sembuh, seorang ibu hamil yang masih mengidap TBC tetap akan diterapi. Sang ibu tetap bisa minum obat yang tidak membahayakan kehamilan, tentu saja di bawah pengawasan dokter. “Tindakan pencegahan penularan lain pun akan diupayakan secara maksimal  seperti mengimunisasi bayi begitu lahir” ujar Marly Susanti dokter kandungan yang juga aktif pada lembaga PERMI (Perkumpulan Menopause Indonesia).

  • Infeksi saluran reproduksi
Infeksi saluran reproduksi cukup banyak diderita oleh perempuan Indonesia. Namun sayang sering diabaikan, karena dianggap sebagai masalah keputihan biasa, bukan penyakit yang perlu segera diobati. Padahal, dampaknya pada janin bisa sangat serius.
Penyebab infeksi yang paling sering ditemukan adalah bakteri (gonore, klamidia), jamur (kandidiasis) dan parasit (trikomoniasis). Nah, bayi baru lahir yang terinfeksi klamidiibua dari ibunya misalnya bisa mengalami kebutaan atau radang paru (pneumonia). Sementara sifilis kongenital yang tertular pada janin bisa menyebabkan kelainan bentuk muka, kelainan tulang, kebutaan, tuli, kelainan bentuk gigi geligi, kelainan kulit atau bahkan bayi lahir mati. Infeksi saluran reproduksi pada ibu hamil juga memperbesar kemungkinan kelahiran prematur bahkan infertilitas.
           
  • TORCH yang tersembunyi
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan empat jenis penyakit infeksi, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sangat berbahaya bagi janin bila diderita oleh ibu hamil.
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Gejalanya mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dia jadi berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu, seperti penderita HIV.
Ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma bisa mengalami kasus keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. Mereka yang mengidap Toxoplasmosis bawaan, gejalanya seringkali  muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis.
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dan menyerang baik anak-anak maupun orang dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada perempuan hamil muda karena dapat menyebabkan kelainan pada bayi.
Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% .
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan kadang tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh karena itu, diagnosisnya sangat ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium.
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk virus keluarga Herpes. Seperti keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh.
Jika ibu hamil terinfeksi CMV maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular dan mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeksi berulang, di mana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Sementara infeksi herpes pada alat kelamin disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini kadang tidak muncul sehingga mungkin tidak diketahui.
Karena akibatnya pada janin, sejak sebelum hamil seorang wanita perlu mewaspadai hal penyakit ini sejak dini. Itu sebabnya, dr Marly Susanti menekankan soal pentingnya antenatal care atau pemeriksaan kehamilan. Sebelum atau segera setelah mengetahui dirinya hamil seorang ibu sebaiknya memeriksakan diri pada dokter atau bidan untuk memantau kondisi diri dan atau janin.
Ibu hamil yang rutin memeriksakan kehamilan akan lebih terpantau kondisi kesehatan diri dan janinnya apalagi bila kemudian dilakukan pula skrining awal sebagai tindakan pencegahan atau pendeteksi dini penyakit. Semakin awal dan lengkap pemeriksaan tentu semakin baik karena kesehatan ibu dan janin bisa lebih terjaga. (Zirlyfera Jamil/Rahmi Rizal/Sarah)

No comments:

Post a Comment